Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi dilahirkan di Qasam, sebuah desa di kota Syibam, Yaman pada hari Jum’at tanggal 24 Syawwal 1259 H (1839 M). Nama Ali adalah tabbarukan dari Imam Khali Qasam, Bani Alawi yang pertama kali tinggal di Qasam. Nama tersebut diberikan oleh seorang ulama besar di zamannya, Imam Abdullah bin Husein bin Thohir Ba’alawi (penyusun Qasidah Ya Arhamarrahimin dan pengarang kitab Sullamut Taufiq).
Ayah beliau, Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi adalah seorang ulama dan Aulya yang kemudian Hijrah ke kota Makkah, dan diangkat menjadi Mufti Madzhab Syafi’i disana menggantikan Sayyid Ahmad Dimyathi. Setelah Habib Muhammad wafat, jabatan Mufti tersebut diduduki oleh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Sedangkan ibundanya, Syarifah Alwiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri adalah seorang ustadzah di kota Syibam, Yaman. Imam Ali Al-Habsyi memiliki lima orang saudara, yaitu Habib Abdullah, Habib Ahmad, Habib Husein, Habib Syeikh dan Syarifah Aminah.
Nasab lengkap Imam Ali Al-Habsyi adalah bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin Muhammad bin Husain bin Ahmad Shohibus Syi’ib bin Muhammad Al-Asghar bin Alwi bin Abu Bakar Al-Habsyi (jidd bangsa Al-Habsyi) bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadullah bin Hasan At-Turabi bin Ali bin Muhammad Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Ash-Shiddiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin As-Sajjad bin Husain Asy-Syahid bin Ali bin Abu Thalib suami dari Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam.
Masa Belajar
Imam Ali Al-Habsyi pertama kali belajar agama kepada ayahnya hingga ayahnya Hijrah ke Makkah saat usia beliau masih tujuh tahun. Selanjutnya beliau dididik oleh ibundanya dan beberapa ulama ternama di Hadhramaut. Diantara gurunya adalah Habib Abdullah bin Husein bin Thohir, Habib Umar bin Hasan Al-Haddad (cucu dari Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad) yang memerintahkan beliau Hijrah ke Seiwun dan Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas yang merupakan guru Futuh beliau.
Imam Ali Al-Habsyi berpindah saat berusia 11 tahun, dan saat usianya menginjak 17 tahun, beliau berangkat ke Makkah untuk memenuhi panggilan ayahnya sekaligus menunaikan ibadah Haji. Setelah dua tahun di Makkah, beliau kembali ke Hadhramaut dan diangkat menjadi imam serta pengajar di Masjid Imam Ahmad bin Hanbal, Seiwun selama 30 tahun.
![]() |
| Haul Imam Ali Al-Habsyi di Seiwun, Yaman |
Banyak murid-murid yang dididik Imam Ali Al-Habsyi di Rubath ini menjadi ulama-ulama besar di kemudian hari. Diantara mereka adalah putranya-putranya, yakni Habib Abdullah, Habib Muhammad, Habib Ahmad dan Habib Alwi (ayah Habib Anis, Solo). Kemudian Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiri (ayah Habib Salim Rubat Tarim), Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf (ayah Habib Abdul Qadir Assegaf, Jeddah), Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi (Gubah Ampel, Surabaya), Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf (Quthub Gresik) dan Habib Ahmad bin Hamid Al-Kaff (Shohibul Palembang yang menjadi rantai sanad keilmuan Majelis Sayyidul Wujud kepada Imam Ali Al-Habsyi).
Maulid Simthuddurar
Hal yang paling masyhur dari kisah hidup Imam Ali Al-Habsyi adalah karena gubahannya yang indah, sebuah untaian mutiara yang menceritakan perjalan hidup dan akhlak Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam yang agung, yaitu kitab Simthuddurar Fi Akhbar Maulid Khoiril Basyar Wama Lahu Min Akhlaq Wa Aushof Was Sirr, yang biasa dikenal dengan nama Maulid Simthuddurar saja atau Maulid Habsyi.
Kitab tersebut ditulis saat Imam Ali Al-Habsyi berusia 68 tahun. Beliau mulai menulisnya pada hari Kamis tanggal 26 Shafar 1327 H dan selesai pada hari Kamis pula tanggal 10 Rabiul Awwal 1327 H. Dua hari kemudian, yaitu saat peringatan hari kelahiran Rasulullah tanggal 12 Rabiul Awwal 1327 H, beliau membacakan seluruh isi kitab ini untuk pertama kalinya di rumah salah seorang muridnya, Habib Umar bin Hamid Assegaf. Kitab ini kemudian menyebar ke seluruh Hadhramaut, Hijaz (Makkah - Madinah), Mesir, Afrika dan tentunya Indonesia dimana salah seorang anak beliau berdakwah dan wafat disana.
Kewafatan
Imam Ali Al-Habsyi wafat pada waktu Dzuhur, hari Ahad tanggal 20 Rabiul Akhir 1333 H (1913 M). Jenazah beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Riyadh, Seiwun dan masih selalu diziarahi umat Islam hingga sekarang.
Selama hidupnya, Imam Ali Al-Habsyi menikah dua kali. Pertama dengan seorang wanita dari Qasam, dan melahirkan Habib Abdullah. Kedua dengan Syarifah Fatimah binti Muhammad Mulakhela dan mempunyai empat anak, Habib Muhammad, Habib Ahmad, Habib Alwi dan Syarifah Khadijah.
Manaqib ini diceritakan oleh Habib Ahmad Kazim Al-Kaff pada acara Haul Akbar Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi Shohibul Maulid di Majelis Sayyidul Wujud pada tanggal 18 Januari 2017, bertempat di sekretariat Majelis Sayyidul Wujud, Jl. Rancabentang No. 109 Cibereum Kota Cimahi.



