Profil Majelis Sayyidul Wujud, Majelis Pemuda-Pemudi Terbesar di Jawa Barat

, ,
Sebuah kejadian memilukan sempat dialami Habib Kazim, sapaan Habib Ahmad Kazim bin Luqman Al-Kaff saat berdakwah. Beliau pernah mengajak seorang pemabuk untuk mengikuti pengajian, namun alih-alih mau menerima, si pemabuk itu malah menyiram beliau dengan minuman keras. Beliau tidak marah apalagi sampai membalas, namun tetap mengajaknya bicara secara santai. Hingga akhirnya si pemabuk tersebut merasa malu, dan ia bertaubat dari kelakuannya. Ia pun kini menjadi salah seorang murid Habib Kazim.

Beranjak dari pengalaman tersebut, beliau memutuskan untuk memusatkan sasaran dakwahnya kepada para pemuda, khususnya mereka yang selama ini hidup dalam pergaulan bebas seperti pemabuk, tukang judi, copet, pemain band, geng motor bahkan bekas pembunuh dan pelacur. Beliau berpendapat bahwa salah satu alasan mereka enggan untuk memasuki kehidupan beragama karena rasa minder. Karenanya beliau selalu fleksibel dalam berdakwah, berusaha menyesuaikan diri dengan sasaran dakwahnya.

Guna memantapkan dakwahnya agar lebih terorganisir, Habib Kazim kemudian mendirikan Majelis Sayyidul Wujud pada hari Jum’at, 12 Rabiul Awwal 1431 H (26 Februari 2010 M). Sekretariatnya dibuka di kediaman beliau sendiri, Jl. Rancabentang No. 109 Kebon Kopi, Cibereum Kota Cimahi.

Hingga kini majelis yang dihadiri sekitar 300-500 orang dalam pengajian rutin dan hampir 3.000 orang bila tengah menggelar event akbar seperti Maulid, Isra Mi'raj dan sebagainya ini telah menjadi majelis pemuda-pemudi terbesar di Jawa Barat. Jadwal pengajian rutin Majelis Sayyidul Wujud dibuka setiap malam Kamis di Masjid Jami Al-Munawwaroh Rancabentang dengan agenda pembacaan Qasidah Burdah serta kajian kitab Kifayatul Atqiya dan setiap malam Minggu di Masjid Jami Baiturrahim Lembursawah dengan agenda pembacaan Maulid Simthuddurar serta kajian kitab Mukhtarul Ahadits.

STRATEGI DAKWAH

Sebagaimana yang telah dibahas di atas bahwa sasaran dakwah Majelis Sayyidul Wujud adalah golongan pemuda, khususnya mereka yang selama ini hidup dalam pergaulan bebas seperti pemabuk, tukang judi, copet, pemain band, geng motor bahkan bekas pembunuh dan pelacur, maka gaya dan metode dakwah majelis ini tidaklah sekaku majelis-majelis pada umumnya.

Habib Kazim selaku pimpinan sekaligus motor penggerak dakwah sering datang ke rumah-rumah, ke gang-gang atau ke tempat nongkrong anak-anak muda dengan tidak serta merta mengajak mereka dan langsung menunjukan perbuatan mereka yang salah. Namun dibawanya mereka dengan obrolan santai hingga mereka merasa nyaman. Setelah merasa nyaman, baru beliau mengajak mereka untuk datang ke rumah, bukan untuk hadir majelis, tapi untuk diberi hadiah. Mereka yang datang ada yang diberi uang, pakaian, pekerjaan bahkan dicarikan istri bagi yang belum menikah.

Setelah mereka merasa ada ikatan batin dengan beliau, barulah mereka mau hadir majelis, sekalipun dengan penampilan dan adab yang masih berantakan. Jika dilihatnya ada diantara mereka yang hadir majelis tanpa mengenakan peci, maka Habib Kazim akan memberinya peci dengan bahasa yang membuat si penerima bahagia. Ungkapan seperti "tanda persahabatan", "biar kepala ga keujanan" dan sebagainya, ternyata ampuh untuk mereka beristiqmah dalam memakai peci. Lambat laun mereka pun memahami sendiri apa makna dan pahala berpeci.

Jika diantara kita ada yang baru hadir di Majelis Sayyidul Wujud, jangan heran bila melihat ada jama'ah yang berpenampilan koboi atau masih berbicara membawa nama hewan. Itu artinya ia baru saja masuk perangkap dakwah Habib Kazim, dan masih diproses untuk menjadi pemuda yang istiqamah dan memiliki adab dalam agama. Jangan pandang mereka dengan tatapan merendahkan, bisa jadi di mata Allah ia lebih mulia dibanding kita sebab ia mau berusaha merubah hidupnya menjadi lebih baik. Demikianlah contoh strategi dakwah yang dijalani Habib Kazim hingga Majelis Sayyidul Wujud menjadi majelis pemuda-pemudi terbesar di Jawa Barat.